Setiap penggalan kehidupan anak adalah bagian dari kepingan mozaik, yang jika disusun dengan cermat akan menjadi lukisan yang indah. Setiap orang tua berperan besar menentukan desain kepingan mozaik itu, demikian juga lingkungan tempat dia dibesarkan. Maka kenalilah karakter dan bakat anak –anak kita supaya kita bisa mengarahkan dan membimbingnya menjadi mutiara –mutiara indah yang memancarkan kilau cahayanya.
Setiap anak adalah unik, biarkan dia menjadi dirinya sendiri. Allah menganugerahkan berbagai kecerdasan dan bakat yang berbeda pada setiap anak.
Menurut pakar pendidikan ada Sembilan kecerdasan, setiap anak memiliki
minimal lebih dari dua kecerdasan bahkan lebih . Tugas orang tualah untuk menemukan aneka bakat dan kecerdasan itu untuk di asah , diarahkan dan dibimbing supaya muncul dan berkembang memancarkan kilaunya.
Sebagian besar anak seusianya masih bingung .. kemana arah cita-citanya? Akan jadi apa kelak? Bahkan dengan nilai UN yang tinggi sekalipun, banyak anak yang gamang.
1.Jangan Bunuh Mimpi Anak- Anak Kita
Sering kali anak berceloteh tentang mimpi/imajinasinya, lalu kita orang dewasa di lingkungan anak tersebut ( bisa orang tua/guru/teman)meremehkan cita-citanya.
Misalnya seorang anak bermimpi akan menjadi seorang direktur utama sebuah hotel berbintang terkenal. Dia ceritakan mimpinya itu kepada semua orang yang ditemuinya. Sayang tidak ada yang menanggapi dengan positif ceritanya itu.
”Khayalanmu terlalu tinggi tidak berkaca pada diri sendiri” begitu biasanya orang berkomentar. Anak itu jadi putus asa karena orang-orang di sekitarnya telah membunuh mimpinya.
“Bersikaplah realistis! siapa dirimu? Dari mana asalmu?” ejek teman-teman nya. Anak itupun frustasi dan mengubur mimpinya.
(lepas SMA, kembali anak itu bertekad menyusun mimpinya, dari Mesir dia merantau ke Canada mengambil kuliah perhotelan sambil bekerja di restoran sebagai pencuci piring, setelah beberapa tahun melewati ujian dan cobaan, dia berhasil meraih mimpinya jadi direktur hotel bintang lima. Setelah sukses dia menuliskan pengalamannya dan menerbitkan bukunya yang juga sukses hingga diterjemahkan ke 5 bahasa. Dia pun sukses menjadi seorang motifator dunia. Dialah Ibrahim EL Fiki)
Tanpa sadar kita telah membunuh imajinasi anak, seharusnya kita menanggapinya dengan positif, kita hargai mimpinya dengan membuka wawasannya tentang hal-hal yang terkait dengan mimpinya itu. Karena itu adalah bagian dari mozaik indah yang sedang disusunnya. Kita bantu carikan sekolah/ pelatihan yang menunjang kearah tercapainya mimpi tersebut, kita kawal dan dampingi saat dia menghadapi berbagai kendala dan kesulitan, karena di situ kita sedang bersama-sama menyusun mozaiknya. Sampai suatu jalan kesuksesan terbentang di hadapannya, saat itulah dia menyempurnakan mozaiknya dan menunjukkan keindahannya kepada dunia.
2. Setiap anak adalah Unik, kenali dan asah bakatnya
Jangan sama ratakan perlakuan kepada setiap anak. Karena mereka punya kecenderungan dan bakat yang berbeda. Kadang bagi kita orang tua sering merasa paling tahu tentang anak kita. Atau kita mengambil keputusan untuk menyekolahkannya dengan sudut pandang orang tua. Bahkan mengenyampingkan suara hati anak.
Anak juga jangan terlalu dibebani dengan segala obsesi dan cita-cita orang tua yang belum kesampaian. Jangan terlalu dibebani dengan aneka les tambahan, sehingga merengut waktu bermain anak.
Ada kisah nyata seorang ustazd memasukkan anaknya di pesantren tempat dia dulu mengenyam pendidikan. Anak tersebut tidak mampu dan tidak mau bersekolah di tempat tersebut. Namun suara anak ini tidak pernah didengar sang ayah. Akhirnya anak tersebut protes dengan caranya sendiri. Dia sering bolos sekolah , berusaha kabur dari pesantren dan sebagainya. Akhirnya anak itu tidak menjadi seperti yang diharapkan orang tuanya, juga tidak menjadi dirinya sendiri. Waktu terbuang demikian lama, biaya terbuang demikian besar, anak itu jadi kuli panggul di pasar.
3. Tidak semua anak cocok untuk bersekolah Full Day
Hanya anak yang punya kesehatan fisik dan kecerdasan akademis yang mampu untuk masuk sekolah Full Day. Untuk anak tertentu yang sering sakit-sakitan, prestasi akademiknya kurang memadai sebaiknya dimasukkan ke sekolah yang tidak terlalu berat beban kurikulumnya.
Jangan karena alas an sekalian dengan kakak adiknya, biar mudah antar jemputnya menyebabkan orang tua memasukkan semua anak ke sekolah yang sama.
4. Kenali bakat dan kecenderungan anak
Ini sangat penting, karena akan menjadi titik awal perjalanan karier dan kesuksesan mereka di masa depan. Jika anak memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Sering jadi juara kelas, itu sih harapan semua orang tua dan seolah menjalani masa depan seperti jalan tol.
(Untuk para orang tua, mari kenali bakat anak kita dan susunlah mozaik bersamanya, anak adalah mutiara yang terpendam gali dan asahlah lah, agar mutiara itu memancarkan kilaunya.