![]() |
|
Ulin termasuk jenis pohon besar yang bisa mencapai tinggi 35-50 m dengan panjang batang bebas cabang 5-20 m, dengan diameter 60-80 cm dan bahkan bisa mencapai sampai 120 cm pada saat ini semakin sulit didapatkan di hutan. Pohon ini tumbuh di dataran rendah pada ketinggian 5-400 m diatas permukaan laut dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran namun sangat jarang dijumpai di habitat rawa-rawa. Kayu ulin juga tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban dan pengaruh air laut sehingga sifat kayunya sangat berat dan khas, agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin. Di bagian bawah pohon ulin terdapat bagian yang berlobang.
Pohon ulin adalah bahan baku utama untuk membuat rumah bagi warga Kalimantan yang bermukim di daerah rawa dan perairan. Hampir seluruh bagian rumah dibuat dengan kayu ulin bahkan atapnya juga dibuat dari potongan tipis kayu ulin, yang disebut atap sirap. Kayu ulin juga digunakan sebagai bahan bangunan kontruksi jembatan, tiang listrik, papan lantai, bantalan rel, pancang dermaga, saluran air, juga lambung kapal. Keawetannya pun tahan lama, antirayap dan tidak mudah lapuk. Kayu ulin bisa tetap utuh ratusan bahkan ribuan tahun Kalau terpendam di tanah tentu lebih daripada di udara terbuka, karena pengaruh cuaca. Tak heran kalau di Kalimantan banyak ditemukan batang kayu ulin yang terpendam di tanah namun masih utuh sampai sekarang. Meski kuat dan bandel kayu ulin tetap punya kelemahan. Musuh utamanya adalah pasir, misalnya kita membuat tiang pancang di pinggir kali, bagian yang berada di permukaan tanah yang terkena air lama kelamaan akan tergerus air dan pasir.
Karena nilai ekonomisnya begitu tinggi, perburuan dan pembalakan liar terhadapnya sangat masif. Jumlahnya pun kian lama semakin berkurang. Bahkan kini pohon ulin sudah dimasukkan ke dalam status rentan (vulnerable) dalam IUCN Red List of Threatened Species. Fakta lain yang membuat ulin wajib dilindungi adalah pertumbuhannya yang lambat. Pertambahan diameternya tidak lebih dari 1 cm per tahun. Belum lagi bijinya yang besar dan keras. Hewan tidak bisa membantu penyebaran biji, sedangkan cangkangnya yang keras harus dibelah dua untuk bertunas. Tak pelak pohon ulin jadi semakin sulit berkembang biak. Sekarang pohon sudah masuk dalam daftar Conventidm on International Trade in Endangered Species of Flora and Fauna (CITES) sebagai flora yang hampir punah dan tidak bisa diperdagangkan. Untuk urusan komersial, harus dibuktikan bahwa bukan ngambil dari hutan, tapi budidaya.
Taman Nasional Kutai (TNK) adalah kawasan konservasi yang disebut-sebut sebagai “benteng terakhir hutan tropis basah dataran rendah” di Kalimantan Timur. Proses pemulihan ulin secara alami di hutan bekas tebangan umumnya kurang berjalan dengan baik. Ulin tumbuh di dataran rendah primer dan hutan sekunder sampai dengan ketinggian 500m. Biji ulin lebih suka ditiriskan baik ke tanah liat berpasir, kadang-kadang batu kapur. Hal ini umumnya ditemukan di sepanjang sungai dan bukit-bukit yang berdekatan, untuk tumbuh membutuhkan rata-rata curah hujan tahunan 2500-4000 mm. Saat ini kayu ulin sudah langka, ini disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan, serta pembalakan hutan liar, eksploitasi dan penebangan kayu yang kurang terkontrol dimasa lalu, serta disebabkan pula oleh adanya kebakaran hutan, membuat populasi pohon ulin menyusut drastis.
Budidaya Pohon Ulin memperbanyak diri dengan buah dan biji. Perkecambahan biji Ulin membutuhkan waktu cukup lama sekitar 6-12 bulan dengan persentase keberhasilan relatif rendah, produksi buah tiap pohon umumnya juga sedikit, biji ulin yang bentuknya mirip buah cokelat. Rata-rata biji ulin berdiameter 10 sentimeter dengan panjang sekitar 20 sentimeter. Berat tiap biji adalah satu hingga tiga kilogram, biji ulin dapat tumbuh menjadi bibit apabila pangkalnya jatuh menancap di tanah dan dari bagian pangkal yang retak itulah keluar tunas ulin. Ulin bisa tumbuh dengan baik pada tanah berpasir. Meskipun menyukai udara lembab, ulin bisa tumbuh di daerah kering. Pohon yang tak banyak cabangnya ini hingga umur 3 tahun, ulin tak butuh banyak cahaya. Setelah itu, sedikit demi sedikit membutuhkan cahaya sampai penuh. Keberadaan ulin bisa dipertahankan, asal tak ada upaya perusakan oleh masyarakat. Dengan adanya TN Kutai bisa menjadi sumber biji dan bibit untuk perluasan tanaman. Ini berarti, jika hutan ulin di TN Kutai masih utuh, maka besar kemungkinannya untuk menumbuhkan kembali ulin-ulin di daerah lain. Namun jika sebaliknya, musnahlah ulin di Indonesia.